"..Kalau kamu pengen hari esok terang, putuskan. Jangan terlalu lama di zona kegalauan. Please, saya pengen liat kamu menantang langit, bukan menatap sepatu..."
Aku tak tau maksud perkataan si Ilham ini apa, yang pasti ini membuatku tertawa dan selalu terngiang di dalam pikiran. Mungkin karena aku sudah terlalu kebal dengan yang namanya kegalauan, walaupun di satu waktu pasti aku merasakannya, datang menyeruak tanpa diundang, menyebalkan memang. Namun kondisi yang sedang aku rasakan berbeda, aku sudah terlalu muak dengan yang namanya kegalauan, sehingga aku mencoba mentertawakan dan menelan mentah-mentah kegalauan itu. Mencoba setengah mampus dan berpura-pura tidak peduli, karena aku pikir masih ada hal yang lebih penting dari sekedar terduduk dan terpuruk akibat kelakuanku sendiri. Aku senang kawan dekatku yang satu ini memperhatikanku.
No comments:
Post a Comment