Berawal tahun 2005 ketika aku memasuki sekolah menengah pertama, sebagai anak lelaki yang baru saja beranjak menuju remaja, aku mulai suka akan music ‘keras’ gara-gara saudaraku yang mengajakku untuk menonton Disgorge (US) di AACC 2005 silam. Setelah menonton pertunjukkan tersebut aku selalu penasaran dengan music keras. Setelah itu aku selalu meminta back-up-an lagu-lagu ‘keras’ dari saudaraku, karena tidak punya. Kebetulan saudaraku saat itu mempunyai stok CD-r banyak dan mempunyai computer ‘canggih’ pada masa-nya. Mulai dari Snapcase sampai Slayer, dari Napalm Death sampai Dismember.
Berawal
dari berkunjung ke rumah kawan baru, di-sebelah kamarnya, kakaknya sedang
menyetel ‘Refused Are Fucking Dead’-nya
Refused dengan volume yang tak kepalang tanggung, aku ingat lagu itu diputar
hampir belasan kali oleh kakaknya. Anehnya, aku merasa lagu itu ada suatu nada
auratik yang mengajak kita untuk menggoyangkan badan dan menganggukan kepala
dengan nada brutal tapi catchy. Sejak saat itu aku sering bermain ke rumah temanku ini, hanya untuk mendengarkan lagu-lagu yang
diputar oleh kakaknya. Aku mulai memberanikan diri bertanya kepada kakaknya
yang terlihat galak itu. Aku bertanya tentang lagu apa yang dia putar
berturut-turut saat pertama kali aku berkenalan dengan nya. Dia terlihat
bingung, aku baru menyadari bahwa dia ternyata sangat ramah dan akhirnya dia
mengizinkan masuk ke kamarnya. Dia akhirnya ingat ketika aku pertama kali
datang, kakaknya memutar ‘The Shape of
Punk to Come’-nya Refused seharian penuh. Aku meminta izin kepada kakaknya
bahwa ingin mendengarkan lagu-lagu tersebut.
Sungguh
demi Dennis Lyxzen, aku berusaha berpura-pura mengerti dengan apa lirik yang dikatakan
di-setiap lagu ketika itu, apalagi Dennis kebanyakan teriak-teriak. Yang ada di
benakku hanya satu, yaitu ingin mendengarkan lagu-lagu bising yang berirama.
Kakaknya memperlihatkan sebuah casing persegi tipis bertuliskan “Refused
– The Shape of Punk to Come: A Chimerical Bombination In 12 Burst”. Dengan
cover kolase foto ‘ciamik’ dan beberapa potongan kotak pernak pernik. Aku langsung jatuh cinta dengan covernya. Dengan
senang hati dia mem-back-up kan lagu-lagu itu ke CD kosong, untukku. Sejak
saat itu aku selalu mendengarkan bek-ap-annya di CD-Player milik ayahku.
Tahun
2007 aku memiliki CD aslinya yang dirilis Burning
Heart Records tahun 1998. Aku dapat dari salah satu toko rekaman di
Surabaya, harganya lumayan mahal. Ada suatu kesenangan tersendiri ketika kita memegang rilisan fisik sebuah band
favorit, walaupun pada akhirnya duit kandas. Dibaca semua yang ada didalam
sleeve cover-nya. Lalu tahun 2012 kemarin CD-nya hilang oleh salah seorang kawan, namun tahun ini aku mendapatkannya lagi dengan harga yang ‘nyaman’
di-dompet dari seorang kawan. :D
‘The Shape of Punk to Come’ adalah Hardcore/Punk modern yang
(terlalu) futuristik di-era-nya, menyegarkan bukan main. Merangkum sebuah manifesto
maha dahsyat yang mengambil referensi dari mana-mana: dari H. Miller hingga Malatesta,
dari Marx hingga para Situasionist International, dari Venom Orchestra sampai Nation of
Ulysses hingga Born Against. Berteriak sepanjang rekaman, seolah Dennis benar muak dan marah. Hanya di track terakhir Dennis bernyanyi
dengan sangat getir.
Refused
membubarkan diri beberapa bulan kemudian ketika menjalankan tour album tersebut
dan berakhir di sebuah café yang dibubarkan oleh aparat. Setelah eksis 7 tahun,
mereka bubar jalan dengan segala kemegahan, kemuakkan satu sama lain. Mereka
hanya bisa tertunduk lemas ketika sebuah kreatifitas mereka hanya menjadi lahan
komoditas para pengeruk keuntungan. Semua rasa muak mereka tertuang di dalam ‘The Shape of Punk to Come’.
2012
kemarin mereka melakukan aksi panggung reuni dari Eropa hingga Australia, dan
membubarkan diri kembali dengan show terakhirnya di kampung halaman mereka:
Sweden (Umea). Sesungguhnya aku merasa sedikit kecewa, dikarenakan Refused tidak berkunjung ke Indonesia. Aku sempat bertukar pesan melalui e-mail dengan Dennis, dan dia sungguh minta maaf
tidak dapat berkunjung ke Indonesia karena suatu alasan. Aku hanya bisa
memakluminya.
Pada
akhirnya ‘The Shape of Punk to Come’ akan
selalu menjadi sebuah album spiritual
religious bagi diriku secara personal. Ketika aku dilanda kegundahan, album inilah yang pasti akan kudengarkan. Made my day, always! Tahun ini album mereka berumur 15 tahun, dan
masih tetap menyegarkan dan relevan. Sebagai penutup tulisan ini, aku mengucapkan:
Selamat
tahun ke-15 ‘The Shape of Punk to Come’: Boredom won’t get me tonight!!!
Wah, kamu mustinya dateng pas taon 2006 Dennis sama geng barunya T(I)NC manggung di Jakarta. Mungkin jenisnya beda dan Dennis mati-matian gak mau disama-samain dengan Refused, tapi ya gimana, toh semangat gengnya itu tetep sama dengan semangat Refused, terutama album terakhir mereka ini. Atau jangan-jangan kamu juga datang pas acara itu?
ReplyDeleteAku gak dateng pam waktu itu. Saya tau T(I)NC satu tahun kemudian setelah dengerin Refused. Memang sama gila semangatnya. Tapi gerbang pembuka saya buat kenal 'musik' lebih jauh berawal dari Refused album "The Shape of.." hehehe x)
ReplyDeletesok atuh pam jentrekeun deui didieu, ngobrol naon wae harita jeung si.dennis :D
ReplyDelete