Saturday, March 9, 2013

Beharap Maka Kita Harus Berperang

Jikalau langit mewujud dalam gelap, sebisa mungkin harapan harus selalu kita dekap, dengan erat.

Detik ini, aku berada dalam sebuah kamar yang sedikit terang, rapih dan banyak pernak pernik perempuan berterbaran di-berbagai sudut. Sebuah kost-an seorang kawan lama. Dia memintaku untuk menemaninya malam ini, menginap.

Seorang wanita yang cantik, berambut sebahu, ceria, ramah, periang dan selalu berjuang menghadapi kehidupan yang menurutnya memuakkan. Kurang lebih seperti itu aku mengenalnya selama ini. Cuek slengean tapi tidak tomboy. Seorang wanita yang lembut tapi berani, dan juga pernah membuatku jatuh hati, dan menolak mentah-mentah perasaanku. 

Aku ingat, dia selalu berujar: "Hidup itu harus dihadapi dan dihidupi. Mau busuk gimanapun juga, jalani aja, tapi jangan pasrah ama hidup, karena kalau pasrah itu ga keren!".

Ada yang berbeda malam ini. Ketika aku datang, dia terlihat murung dan tak seperti biasanya. Seperti halnya seorang kawan yang sudah lama tak berjumpa, kita saling bertukar tanya: bagaimana kabar? sibuk apa sekarang? Ketika aku bertanya kabar dia, dia langsung spontan menjawab, seakan sudah menyiapkan jawaban ketika aku bertanya.

"Kamu dengerin aja 'Lagu Kesepian'-nya Efek Rumah Kaca. Nah itu kondisi saya sekarang." ujarnya dengan nada sedikit marah.

Kesepian? Setahuku dia memiliki seorang kekasih yang selalu menemaninya dan sedang mempersiapkan pertunangan dengannya, banyak kawan-kawan dan masih ada keluarganya yang selalu berada didekatnya.

Setelah aku bertanya apa penyebabnya, dia menjelaskan secara detail. Bahwa ternyata dia tidak jadi bertunangan, setelah calon tunangannya datang malam-malam ke kost-annya mabuk dengan menggandeng seorang wanita dan memutuskan untuk tidak jadi bertunangan. Mungkin karena kondisi mabuk sang calon tunangannya berkata seperti itu dan setengah sadar, aku menekankan. Dia membentak keras kepadaku lalu berkata bahwa hampir 1 minggu dia menanyakan tentang pernyataan sang calon tunangannya dimalam ia mabuk. Tidak jadi bertunangan, itulah keputusan sang calon tunangannya.

Seorang wanita periang dihadapanku telah berubah, hatinya ambruk. Dia hanya bisa menangis dihadapanku, aku hanya bisa diam, menyemangatinya dan sesekali bercanda. Tapi sepertinya tindakkanku salah, dia malah semakin menangis dengan keras. Aku takut tetangga kamar sebelah mengira yang tidak-tidak.

"Saya pengen minta maaf dan meluk kamu sekarang." ujarnya di sela-sela tangis.

Aku mengangguk.

Dia memelukku dengan erat, sangat erat. Aku bertanya-tanya dalam hati. Minta maaf? Kesalahan apa yang pernah dibuatnya terhadapku? Tiba-tiba dia berkata dengan suara sangat lembut, dan memberikan pernyataan maaf bahwa dia pernah menolakku mentah-mentah karena dia lebih memilih pria yang akan menjadi tunangannya.

Aku mencoba merenggangkan pelukan, dan aku mencoba meyakinkan kepadanya bahwa itu sudah jadi cerita yang lalu. Dia kembali terisak hebat, lalu mempererat pelukkannya lagi, tapi lama-lama tangisannya mulai menghilang.

Aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Bagaimana tidak? Ketika sepasang kekasih telah memutuskan untuk bertunangan dan mempersiapkan segalanya, tiba-tiba salah seorang dari pasangan tersebut memutuskan untuk membatalkannya.

Aku mengusap punggungnya, badannya mengigil dan bergetar. Seolah menunjukkan dia sedang menahan dan melawan rasa sakit di-hatinya.

Pelukkannya yang erat semakin merenggang dan melemas, badannya sudah tidak bergetar. Dia tertidur dipelukanku. Aku rebahkan badannya diatas kasur mungilnya. Aku memilih menyalakan komputernya. Menyeduh kopi. Memasang flashdisk dan headset yang selalu aku bawa kemanapun aku berpergian. Aku menyalakan winamp, memilih 'With Every Intention'-nya Boysetsfire.

Klik toogle repeat lalu Play.

How many chances at redemption do i think i'll ever get?
Keep changing my rythem for a shot at something more.
Miracles happen, so why do I feel like I'm being left behind?
It's still in my nature to look for what I can't find.

No comments:

Post a Comment