"..biarlah kiranya, apa yang saya rasakan saat ini menjadi suplemen terbaik bagi hati dan diri saya.." —Dianni
Rasa sakit
bisa hadir dimana pun kita berada dan menjadi buas. Dalam ruang luas yang tak
disinggahi, maupun dalam ruang sempit yang disinggahi. Ataupun ruang yang
berada di-antara keduanya. Datang tak diduga, namun tak kunjung pergi.
Menyebalkan memang!
Tadi malam 2 sahabatku dari Paper Zine mengajakku untuk
berjumpa setelah beberapa waktu ke belakang sibuk dengan kesibukan
masing-masing dan sudah lama tidak ngalor ngidul. Di perjalanan aku sudah
merasa senang akan berjumpa dengan mereka berdua, karena ngalor ngidul bersama
mereka selalu menghasilkan output dan input yang
tak terduga bagiku. Tulisan - tulisan mereka selalu inspiratif untukku,
sungguh. Setelah bertukar pesan, akhirnya kita bertiga sepakat berjumpa di
Babakan Siliwangi yang sedang ada acara pemutaran beberapa film.
Dalam perjalanan menuju BakSil, ketika lampu merah di salah satu
stop-an, saya menengok ke-kiri, ada sesosok wanita sedang dibonceng, aku memperhatikan penampilannya: menggunakan jilbab merah marun yang tertutup oleh
helm berwarna merah, sepatu converse pendek, berjaket merah parasit dan
sedang bersama seorang pria yang memboncengnya. Aku yakin dia adalah sosok
wanita yang beberapa tahun ke belakang pernah mengisi hatiku dan menembuskan
peluru hingga hatiku ambrol luluh lantak. Lalu malam tadi ada sedikit rasa sesak yang
membuat hatiku sakit kembali, entahlah. Mungkin cemburu, mungkin juga
tidak. Banyak kemungkinan. Aku akhirnya melanjutkan perjalanan menuju BakSil
dengan pikiran yang melayang-layang.
Sesampainya disana lumayan bayak yang sedang menonton. Aku duduk
dibagian paling belakang. Setelah menunggu beberapa menit sambil menonton film
yang sedang diputar, akhirnya duo Paper Zine hadir juga. Aku sebenernya kurang
menikmati filmnya, bukan karena film yang ditonton, tapi karena aku kurang
suka menonton film di-tengah orang-orang, walaupun keadannya sunyi.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, kita sepakat untuk pergi
dari BakSil menuju satu tempat makan yang sesampainya disana penuh dengan para
pengunjung yang sedang asik makan, ngobrol dan ada juga yang sedang menyaksikan
klub bola favoritnya bertanding (karena ada TV). Kami memesan 3 kopi, 3 mie
rebus dan 2 botol air putih. Aku permisi ke Toilet, dan ketika keluar dari
toilet saya memperhatikan meja paling pojok di tempat makan tersebut, ternyata
sosok wanita yang saya lihat di stop-an. Dia menoleh ke arahku, karena
mungkin perasaannya risih seperti ada yang memperhatikan. Dia terlihat kaget
ketika melihatku, aku bisa melihat dari raut wajahnya. Aku hanya tersenyum
kepadanya lalu pergi menuju meja tempat saya makan.
Pikiranku sudah kesana kemari sejak melihat dia, tidak karuan
dan gelisah. Setelah pesanan datang dan memberikan sedikit sambal agar tidak
terlalu asin, aku santap mie telor tersebut. Pikiranku sudah kacau dan menjadi tidak lapar, tapi mau tidak mau harus aku habiskan. Setelah santapan
habis aku kembali berbincang-bincang dengan duo Paper Zine. Aku berusaha
berbincang santai tapi fokus, dan mencoba mengalihkan pikiran dengan
melihat keadaan sekeliling. Berusaha seperti tidak ada apa-apa yang terjadi
dalam pikiranku.
Setelah dari tempat makan itu aku menjemput ayahku di Jalan Citarum yang baru saja
pulang umroh. Haduh, handphoneku mati, batre-nya drop setelah aliran yang
datang menghantam tak di undang, batre handphone saya jadi korban. Shit!
Jam 12 malam pun datang, akhirnya kita bertiga memutuskan untuk pergi
dari tempat makan tersebut. Tapi pikiranku masih melayang di sekitar situ,
apakah wanita itu masih disini atau sudah pulang. Setelah pamit dengan duo dari Paper
Zine, aku menembus malam menuju citarum, sesampainya disana, ternyata ayah
sudah dijemput oleh pamanku. Mari menuju rumah. Setelah sampai di rumah aku cepat-cepat memasukkan motor dan lari ke dalam rumah, lansung memeluk ayahku yang
setelah 10 hari tidak berjumpa.
Setelah 1 jam berkumpul bersama dengan keluarga. Aku masuk kamar, menyalakan
komputer, memilih winamp dan memasukkan semua koleksi mp3-ku dalam list
winamp. Lalu diputar secara acak. Aku menyalakan handphone setelah aku pasangi charger, lalu ada sebuah sms masuk dari sebuah nomor tak dikenal, ketika kubuka ternyata sms dari wanita itu, dia mengirim
pesan bahwa dia minta maaf tidak bisa pamit langsung dan aku tidak membalasnya, aku simpan handphone di atas meja di pojok
kamar.
Aku menyalakan rokok dan hanya bisa diam. Sakit sekali rasanya ketika mengingat sosok wanita itu. Hiperbolis memang, tapi persetan. Aku hanya ingin merasakan rasa sakit ini, rasa sakit yang dulu benar-benar menusuk dan membuat diriku benar-benar tertunduk lemas. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa seperti ini. Detik ini, aku hanya bisa menikmati.
Aku menyalakan rokok dan hanya bisa diam. Sakit sekali rasanya ketika mengingat sosok wanita itu. Hiperbolis memang, tapi persetan. Aku hanya ingin merasakan rasa sakit ini, rasa sakit yang dulu benar-benar menusuk dan membuat diriku benar-benar tertunduk lemas. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa seperti ini. Detik ini, aku hanya bisa menikmati.
'Membaca Gejala dari Jelaga' dari Homicide berputar mengiringi dengan
volume setengah total.
No comments:
Post a Comment