Tuesday, November 26, 2013

Hari Penghakiman


"..And I love the dying slowly in a mess of my own design.." —Too Late But Still, David Sandström

Sore hari datang, aku bergegas untuk keluar rumah karena ada sedikit waktu yang bisa kumanfaatkan untuk keluar dari penatnya rutinitas harian. Hari ini adalah waktu dimana semuanya berawal pada 21 tahun lalu.

Aku mendapatkan diriku menyendiri di pinggir jalan sekitaran dago, di sebuah kios kecil. Aku memesan kopi susu dan membeli beberapa batang rokok. Caraku menikmati suasana mungkin sedikit berbeda dengan kawan-kawan yang lain, terlebih aku selalu menikmati keadaan sekitar ketika menyendiri. Memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dan mulai padat merayap, memperhatikan orang-orang yang bergegas pulang ke rumah setelah (mungkin) 8 jam dihajar kepenatan demi sesuap nasi.

Kopi susu sudah sedikit hangat, kuteguk tak bersisa. Kepulan asap kuhembuskan seperti biasa, agar bertemu dengan semesta. Ada sesuatu yang mengganjal di-hati dan pikiran. Namun apapun itu, yang pasti aku tau semuanya mengenai problema yang nyata.

Aku selalu mendapat banyak sindiran yang katanya apa yang aku lakukan itu tak ada kerjaan. Aku hanya mampu tertawa, kalau meladeninya pun hanya akan buang-buang energi dan waktu. Memang celotahan tersebut sedikit membuatku jengkel. Namun, hari ini aku tak peduli dengan omongan selintingan bodoh tersebut.

Persetan dengan mereka yang tak bisa menikmati sore hari yang indah, dimana aku bisa menikmati secangkir kopi, mendengarkan lagu dan mentertawakan orang-orang yang sedang berkeluh kesah dengan kemacetan namun masih saja menggunakan mobilnya untuk menembus jalanan yang sesak. Dasar kelas menengah ngehek!

Senja pun berkesiap untuk beranjak, gelap malam siap berkunjung dengan pekat dan beribu misterinya. 

Aku masih terduduk di pinggiran dago, menikmati kesendirian ditemani kopi susu yang baru saja kupesan lagi di kios kecil. Too Late, But Still milik David Sandström masih terdengar di telingaku.

No comments:

Post a Comment